For Home Page

Principle Regulations Governing Batam Island and Its Effect on Property Sector

Batam has a strategic geographical location as the closest island to Singapore and Malaysia, which strategically located in the international shipping route. As the special zone for multinational trade area, Batam has a special treatment from the Government of Indonesia. This specialization can be seen from the several regulations on Batam status, which are as follows:

Batam Island as the business area of Bonded Warehouse regulated in the Presidential Decree of Republic of Indonesia Number 41 of 1978 as amended lastly by the Presidential Decree of Republic of Indonesia Number 25 of 2005.Batam, Rempang and Galang (which also declared as an Industrial area), is developed to serve several main functions, namely: industrial, warehouse, trade, and transshipment.
Free Trade and Free Port Zone regulated in the Government Regulation Number 46 of 2007 on the Free Trade Zone and Free Port Zone Batam.Batam has been determined as a Free Trade Zone (“FTZ”) and Free Port Zone (“FPZ”) which it gives the guarantee and the protection for all investors to conduct their business in Batam.
Tax liberation regulated in the Government Regulation Number 2 of 2009.Batam was not only determined as place of warehousing, but also for place of processing with the liberation for Import Duties (Bea Masuk), Customs and Excise (Bea Cukai), Value Added Tax (PPN), and Luxury Goods Tax (PPnBM) which can be enjoyed by the entrepreneur who has obtained permission in Batam.
Economic Cooperation regulated in Joint Statement by the President of the Republic of Indonesia and the Prime Minister of the Republic of Singapore.On June 25, 2006, the President of Republic of Indonesia and the Prime Minister of Republic of Singapore committed the joint statement of the Framework Agreement on Economic Cooperation between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Singapore in the Islands of Batam, Bintan and Karimun.

The stipulations of Batam in becoming a free trade area have been attracting the investors both of foreign and local investors. A large amount in the investment flows on Batam also gives a large impact in some businesses in Batam. With regards to the development of Batam island as a FTZ and FPZ, Batam would need a high-quality infrastructure for supporting the investment development; such as residential, entertainment facilities and other supporting facilities. Furthermore, one of the potential businesses in Batam is in the property area.

The great amount of business opportunities in Batam invites many entrepreneurs to establish their business in Batam. There are new properties projects in Batam, with many types and segmentation, such as:

1. Very low-class and middle-class housing development;

2. Low-class houses;

3. Middle-class apartment;

4. The trade center;

5. Luxurious trade center and a high-class apartment in the certain location;

6. Condominiums.

In order to maintain the local and foreign investment in Batam, the Government always assures the legal certainty in the use of property services. There are a several Government Regulations to support the investment itself, which are as follows:

The Government Regulation Number 46 of 2007 on Batam Free Trade zone and Free Port Zone On the Management and the Usage of Land in the Industrial Area of Batam Island;In this regulation, the Government gives the authority to Free Trade Zone and Free Port Zone Management Body (Badan Pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas) for developing investment, including regulating the allocated land permit or business permit.
The Government Regulation Number 40 of 1996 on Right to Cultivate, Right to Build and Right to Use of Land and the Government Regulation No. 41 of 1996 about residences ownership by foreigners who are domiciled in Indonesia;
Regulation of State Minister of Agrarian/Head of National Land Authority No. 8 of 1996 about changes on Regulation of State Minister of Agrarian/Head of National Land Authority No. 7 of 1996 about the conditional residences ownership by foreigners who are domiciled in Indonesia.
Circular letter of State Minister of Agrarian/ Head of National Land Authority No. 110 –2871 of 1996 about the implementation of Government Regulation Number 41 of 1996.
The Government determines the rights of land which can be owned by foreigner who wish to stay in Batam in order to maintain and manage their investment.

All of these things reflect the commitment of the Indonesian government to fully support the development of Batam island. The development of Batam Island as FTZ and FPZ also make Batam one of a strategic investment area on property and real estate projects in Indonesia.

Grace Tobing

read more
Proses Balik Nama Sertifikat Tanah di Kantor Pertanahan

Proses Balik Nama Sertifikat Tanah di Kantor Pertanahan

Proses Balik Nama di Kantor Pertanahan
1)Menggunakan Jasa PPAT
Setelah membuat akta jual – beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas akta jual-beli ke Kantor Pertanahan, untuk keperluan balik nama sertifikat, selambat-lambatnya dalam tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut.
Berkas yang diserahkan meliputi :
a.Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli
b.Akta jual – beli PPAT
c.Sertifikat hak atas tanah
d.KTP pembeli dan penjual
e.Bukti pelunasan pembayaran PPh
f.Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
2)Pembeli Mengajukan Sendiri
Dalam hal pembeli mengajukan sendiri proses balik nama maka berkas jual-beli yang ada di PPAT diminta, untuk selanjutnya pembeli mengajukan permohonan balik nama ke Kantor Pertanahan, dengan melampirkan :
a.Surat Pengantar dari PPAT
b.Sertifikat Asli
c.Akta jual-beli dari PPAT
d.Identitas diri penjual, pembeli dan/atau kuasanya (melampirkan fotocopy KTP)
e.Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan kepada pihak lain
f.Bukti pelunasan SSBBPHTB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)
g.Bukti pelunasan SSP PPh (Surat Setor Pajak Pajak Penghasilan)
h.SPPT PBB (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan) tahun berjalan atau tahun terakhir. Bila belum memiliki SPPT, maka perlu keterangan dari lurah/kepala desa terkait.
i.Izin Peralihan Hak, jika :
i.Pemindahan hak atas tanah atau Hak Milik atas rumah susun yang didalam sertifikatnya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa, hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah diperoleh izin dari instansi berwenang;
ii.Pemindahan Hak Pakai atas tanah Negara.
j.Surat Pernyataan calon penerima hak (pembeli), yang menyatakan :
i.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanah, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
ii.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah absentee (guntai).
iii.Bahwa yang bersangkutan (pembeli) menyadari, apabila pernyataan sebagaimana dimaksud di atas tidak benar (poin i dan ii), maka tanah berlebih atau tanah absentee tersebut menjadi objek landreform. Dengan kata lain, yang bersangkutan (pembeli) bersedia menanggung semua akibat hukumnya, apabila pernyataan tersebut tidak benar.
Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke Kantor Pertanahan, baik oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari pembeli, maka Kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya, oleh Kantor Pertahanan akan dilakukan pencoretan atas nama pemegang hak lama, untuk kemudian diubah dengan nama pemegang hak baru.
Nama pemegang hak lama (penjual) didalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam, serta diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom yang tersedia pada buku tanah dan sertifikat, dengan dibubuhi tanggal pencatatan serta ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Dalam waktu 14 (empat belas hari) pembeli dapat mengambil sertifikat yang sudah atas nama pembeli, di Kantor Pertahanan Terkait.
Sumber: Tata Cara Mengurus Surat – Surat Rumah dan Tanah, hal 73-75
Penulis: Eko Yulian Isnur, S.H.
Penerbit: Pustaka Yustisia, 2008

1)Menggunakan Jasa PPAT

Setelah membuat akta jual-beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas akta jual-beli ke Kantor Pertanahan, untuk keperluan balik nama sertifikat, selambat-lambatnya dalam tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut.

Berkas yang diserahkan meliputi :

a.Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli

b.Akta jual-beli PPAT

c.Sertifikat hak atas tanah

d.KTP pembeli dan penjual

e.Bukti pelunasan pembayaran PPh

f.Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

2)Pembeli Mengajukan Sendiri

Dalam hal pembeli mengajukan sendiri proses balik nama maka berkas jual-beli yang ada di PPAT diminta, untuk selanjutnya pembeli mengajukan permohonan balik nama ke Kantor Pertanahan, dengan melampirkan :

a.Surat Pengantar dari PPAT

b.Sertifikat Asli

c.Akta jual-beli dari PPAT

d.Identitas diri penjual, pembeli dan/atau kuasanya (melampirkan fotocopy KTP)

e.Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan kepada pihak lain

f.Bukti pelunasan SSBBPHTB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)

g.Bukti pelunasan SSP PPh (Surat Setor Pajak Pajak Penghasilan)

h.SPPT PBB (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan) tahun berjalan atau tahun terakhir. Bila belum memiliki SPPT, maka perlu keterangan dari lurah/kepala desa terkait.

i.Izin Peralihan Hak, jika :

i.Pemindahan hak atas tanah atau Hak Milik atas rumah susun yang didalam sertifikatnya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa, hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah diperoleh izin dari instansi berwenang;

ii.Pemindahan Hak Pakai atas tanah Negara.

j.Surat Pernyataan calon penerima hak (pembeli), yang menyatakan :

i.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanah, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

ii.Bahwa pembeli dengan peralihan hak tersebut, tidak menjadi penerima hak atas tanah absentee (guntai).

iii.Bahwa yang bersangkutan (pembeli) menyadari, apabila pernyataan sebagaimana dimaksud di atas tidak benar (poin i dan ii), maka tanah berlebih atau tanah absentee tersebut menjadi objek landreform. Dengan kata lain, yang bersangkutan (pembeli) bersedia menanggung semua akibat hukumnya, apabila pernyataan tersebut tidak benar.

Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke Kantor Pertanahan, baik oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari pembeli, maka Kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya, oleh Kantor Pertahanan akan dilakukan pencoretan atas nama pemegang hak lama, untuk kemudian diubah dengan nama pemegang hak baru.

Nama pemegang hak lama (penjual) didalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam, serta diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom yang tersedia pada buku tanah dan sertifikat, dengan dibubuhi tanggal pencatatan serta ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Dalam waktu 14 (empat belas hari) pembeli dapat mengambil sertifikat yang sudah atas nama pembeli, di Kantor Pertahanan Terkait.

Sumber: Tata Cara Mengurus Surat-Surat Rumah dan Tanah, hal 73-75

Penulis: Eko Yulian Isnur, S.H.

Penerbit: Pustaka Yustisia, 2008

read more